RSUD ZA Pagar Alam “Hancur-hancuran”

Share it:

*Uang Rakyat Miliaran Rupiah Sia-Sia

Blambangan Umpu, (MediaTOR) - Uang rakyat di Kabupaten Way Kanan yang digunakan untuk membangun sebuah rumah sakit, menjadi sia-sia alias tak berarti. Hal ini terjadi, ketika bangunan dan segenap infrastruktur yang ada tidak terawat dengan baik. Bahkan, fungsinya sebagai layanan publik tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) ZA Pagar Alam merupakan satu-satunya rumah sakit di Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Rumah sakit ini baru selesai pembangunannya dan beroperasi beberapa tahun lalu, tapi kondisinya kini amat memperihatinkan.
Pada hari-hari kerja terutama siang hari, suasana nampak lengang. Tidak nampak pengunjung atau karyawan hilir mudik sebagaimana layaknya suasana sebuah rumahsakit. Tempat pendaftaran pasien dan ruang tunggu kosong melompong. Ruang administrasi nampak sepi, karena banyak karyawan yang tidak masuk kerja alias membolos.
Suasana demikian rupanya paralel dengan kondisi bangunan yang ada. Tempat parkir dan halaman yang tadinya dilapisi aspal dan beton sudah hancur, plapon di sana-sini nampak berlubang dan rusak berat. Lebih parah lagi, ada satu bangunan yang atapnya sudah runtuh, belum lagi toilet yang berubah fungsi menjadi tempat penumpukan barang-barang bekas. Pada bagian lain nampak lantai berlubang karena keramiknya sudah banyak yang lepas.
Kondisi bangunan seperti itu menunjukkan betapa kualitas bangunan  rumah sakit tersebut amatlah rendah.
“Rumah Sakit tanpa pasien, aneh bukan,?” ujar sumber MediaTOR yang bertetangga dengan rumah sakit itu. Namun itulah kenyataan yang ada. Sumber-sumber MediaTOR di Blambangan Umpu  yang menjadi Ibukota Kabupaten Way Kanan menyatakan hal beragam menyikapi keberadaan rumah sakit itu.
Tidak adanya pasien atau masyarakat yang berobat ke rumah sakit itu, karena ternyata di rumah sakit tersebut tidak terdapat Apotik. Sehingga jika ada pasien, pihak Rumah Sakit menganjurkan untuk membeli obat di apotik yang jauhnya lebih 40 Km dari RSUD ZA Pagar Alam. Umumnya masya¬rakat yang menderita sakit, lebih memilih rumah sakit yang jaraknya lebih jauh, misalnya ke Baturaja (Sumsel) atau ke Kotabumi (Lampung Utara).
Beberapa kali MediaTOR berusaha meminta penjelasan dari pejabat setempat yang memiliki kewenangan  atau otoritas, seperti Direktur RSUD ZA Pagar Alam dan Kadiskes Kabupaten Way Kanan, namun selalu tidak berada di tempat.
Pengamat kesehatan yang juga Direktur Ekskutif LSM Patriot Indonesia di Jakarta, Drs M. Darwis Sitorus menyayangkan ketidakpedulian pihak Pemda terhadap rumah sakit tersebut. “Kalau Pemda belum siap memiliki dan mengelola sebuah rumah sakit, bubarkan saja. Jangan hanya bisa menghabiskan anggaran,” ujarnya berang tatkala mengetahui kebobrokan rumah sakit itu. Selanjutnya Darwis Sitorus berniat akan memberitahu Menteri Kesehatan terkait masalah RSUD ZA Pagar Alam tersebut. (Ali Mardani)

Share it:

Daerah

Post A Comment:

0 comments: