Sukabumi,(MediaTOR Online) - Berpikir kondisi saat ini, menghawatirkan...
Kami para petugas sudah bekerja penuh semangat sepanjang pagi sampai malam.
Check point ditentukan di perbatasan Kab Sukabumi, semua menjalan kan aturan protokol kesehatan dengan juga keterbatasan.
Puskesmas juga menjalankan sesuai tupoksi nya preventif, promotif dan kuratif, dengan dibantu jajaran lintas sektor dan penguatan dari Bpk/ Ibu camat dan para Kepala desa/ lurah.
Semua menyamakan visi dan misi dalam percepatan penurunan gugus tugas covid 19 diketuai langsung oleh Bpk Bupati H. Marwan Hamami.
Bpk Bupati turun langsung dan selalu cek dan recek semua kegiatan, dan beliau selalu quick respone menjawab hal apapun yg masuk ke smart phonenya langsung, atau pun dari pencari berita.
Menurut saya, ini sudah hebat, meski tetap ada keterbatasan karena kami sedang pembatasan pergerakan dalam phisical distancing....
Tetapi, kami di "gempur" oleh ODP2 yg jumlah nya ribuan, dan arus mudik dari zona2 merah, yang nyata menjadi PDP dengan rapid reaktif dan PCR positif.
Dan juga, kematian2 dengan tata cara covid, yg membuat pemulasara, keluarga dan kami yg menerima nya bukan lah hal yg biasa dan mudah.......
Hebat nya teman2 di RS yg selalu berjuang, juga bukan dalam kondisi berlebihan.
Memang tidak ada kondisi yang dikatakan cukup di era pandemi seperti ini....
Saya yakin, secara psikologis, mereka sudah tidak bisa lagi tertawa diantara amanah berat ini.
Begitu pun saya.
Saya sangat terpukul dan menangis bila teman2 sejawat dan nakes lain nya memberikan berita bahwa mereka reaktif, apalagi pcr positif.
Lecet karena sarung tangan berlapis sampai lecet di muka dan telinga karena respirator N95, dan surgical masker sekaligus, pasti berasa pedih, tapi tak bisa dihindari. Juga menahan segala macam keinginan makan minum atau pun buang air besar dan kecil yg harus ditahan sampai selesai tugas, sampai tak menghiraukan keringat yg mengucur deras; sedih mendengar nya. Apalagi mendengar laporan, bahwa mereka sudah " tidak kuat ".....
Selalu mendengar, memberi apresiasi dan motivasi adalah hal terkecil yg bisa sy lakukan, semoga tetap bermakna.
Mendengar bahwa masih banyak orang yg tidak mengerti dan masih ramai di pasar, itu membuat sy ingat semua ini...
Rasa ke ego an manusia yg terus dikedepankan tanpa mau mendengar, belajar dan paham.
Diam di rumah selama 2 bulan lebih ini memang sudah menjadi berat dan dilematik untuk orang2 pencari mata pencaharian. Tapi manakala pemerintah masih memberi celah untuk berupaya, cukup patuhi protokol kesehatan, mereka masih banyak yg lalai...
Jika seperti ini, tidak lah mudah untuk kita selesai cepat seperti keinginan; selesai lebaran kita bisa meng nol kan kasus baru. Bukan bebas Corona. Hanya meng nol kan saja.
Keinginan itu harus juga dibarengi dengan usaha maksimal. Hal terkecil dan tersulit memang menahan ke egoan kita.
Tidak lah berubah menjadi buruk, jika kita ber hari raya tanpa baju baru.
Tidak lah kita menjadi sakit, jika kita berhari raya tanpa makanan melimpah ruah seperti hari raya di masa2 lalu.
Tidak lah menjadi putus silaturahmi, jika hari raya kita hanya video call saja.......
Semua semata mata, untuk kita menuntaskan masa2 sulit ini menjadi masa2 mendekati normal kembali.
Bukan lah muluk menjadi normal. Hanya mendekati normal. Karena sampai vaccine ditemukan, kita tetap harus waspada dengan semua protokol kesehatan.
Apapun itu, tulisan ini mungkin bisa menjadi masukan dikala memuncak nya rasa bosan di rumah saja.
Karena, sekecil apapun kita harus berbuat untuk merubah dunia.
Bahkan dengan diam, untuk saat ini menjadi sesuatu yg sangat berarti.
Tetap semangat teman2 sejawat, paramedis dan non medis yg bekerja tanpa terbatas ruang dan waktu.
Tetap sehat, tetap kuat, tetap berbesar hati.
Saya, tidak lah sepintar Dahlan Iskan dalam menulis, ini hanya wujud pemikiran yg keluar dari rasa prihatin, empati juga kekhawatiran.
Salam sehat,
dr. Rika Mutiara S, MHKes
Kabid Yankes Dinkes Kabupaten Sukabumi
Rep : IRS
Post A Comment:
0 comments: