Terjadi akibat Siklon Tropis 95 W dan Sirkulasi Siklonik yang terpantau melalui satelit, dampaknya terjadi angin kencang, disertai meningkatnya gelombang air laut, meningkatnya curah hujan dengan Intensitas sangat tinggi sesuai keterangan BMKG.
Sedangkan bencana di Sukabumi
dikait-kaitkan dengan kegiatan masyarakat, dimana kita harus mengetahui secara
utuh kondisi Sukabumi.
Di Sukabumi Selatan kaya mineral, mulai Galena, Emas, Ziolit, Clay, Pelsfar, Bentonit, Kwarsa, Pasir Besi sampai dengan Pospat, Batu Permata, Batu kapur, Marmer dan lain lain mendominasi Wilayah Selatan Sukabumi. Suhu dan Cuaca di Sukabumi Selatan sangat exstrim, tidak begitu cocok untuk pertanian jangka pendek, kekayaan alam yang sangat melimpah, puluhan tahun Izinnya atau IUP di berikan Pemerintah Pusat kepada Pengusaha besar, sedangkan Rakyat nyaris tidak ada yang memiliki izin. Padahal Sukabumi selatan sangat kaya. Akhirnya masyarakat melakukan kegiatan tambang secara ilegal, karena pertanian jangka pendek kurang berhasil atau tidak bisa diandalkan, tiap bulan masyarakat Sukabumi yang jumlahnya puluhan ribu, yang berprofesi sebagai penambang, selalu di”polisi” kan oleh Para Pengusaha. Karena izin tambang di Sukabumi selatan hampir semua milik orang luar Sukabumi, tiap bulan puluhan ribu penambang, berkontribusi memperkaya oknum dari setoran ilegal, dan celakanya, kalo tambang hasilnya bagus pasti disita, celakanya lagi, kalo ada musibah seperti sekarang, Tambang Rakyat juga yang dituding, padahal Rakyat tidak melakukan kegiatan Tambang terbuka, Pengusaha besar luput dari tudingan, Sebetulnya Siapa yang memiliki Negeri ini ??? Keluh seorang pemerhati Asahi, seorang pemerhati Jawa Barat
Kita perhatikan mulai Gunung
Walat, ratusan hektar Tambang Pasir Kwarsa Pemiliknya orang Jakarta, mereka
dipermudah Izinnya. Bahkan Dokumen UPL dan IKL dari Pemda mereka kirimkan oleh
oknum pejabat secara khusus ke Bogor dan Jakarta, serta mendapat kemudahan
untuk memperoleh IUP. Di Cimangkok, ratusan hektar lahan tambang pasir,
mengeruk lahan Cadangan Air Tanah sampai kedalaman 200 sampai dengan 300 meter
ke bawah tanah mendapat IUP resmi dan difasilitasi. Tiap malam Ratusan Truck di
kirim Ke Jakarta, Pemiliknya orang Jakarta.
Tambang batu Gunung Sabak, Cimenteng, Palabuan, dan Loji, mendapat izin Resmi dan difasilitasi. Tambang Gamping Leuwi Dinding, Ratusan Hektar milik semen Jawa, diberi Karpet merah. Penyumbang Airbah Cimandiri, yang merusak lingkungan secara extrim, pemiliknya orang asing. Ratusan hektar tambang batu kapur di Bojong Lopang yang membuat gersang, diberi IUP. Padahal pengusaha nya tidak mau berkontribusi untuk memperbaiki jalan di depan Pabrik mereka sekalipun, tapi dapat IUP, dan mereka adem saja. Ratusan hektar lahan di Cimapag yang di exploitasi Bentonit, Penyumbang banjir Cikaso, puluhan tahun nambang, dapat Izin, tidak mampu memperbaiki Jalan ke Bojong Lopang, padahal pabrik Bentonit terbesar di Asia, dapat izin, adem, ngga ada yang protes.
Tambang Emas ratusan hektar, di
Cigaru, Ciemas, pemiliknya orang luar Sukabumi, dapat IUP, adem saja, bahkan
Rakyat yang menambang di tanah Pribadinya yang memiliki Surat Tanah, karena
masuk dalam WIUP mereka, penambang Rakyat terus tiap bulan dipolisikan dan
menjadi ATM oknum, Tambang Pasir besi ribuan hektar, dari Cibitung sampai muara
Cibuni, Tegal Buleud diberikan IUPnya kepada para pengusaha besar milik orang
Jakarta. Sedangkan masyarakat lokal yang berusaha nambang pasir besi untuk
dijual ke SCG selalu dipermasalahkan oknum dengan dalih IUP milik perusahaan.
Kemudian, puluhan ribu rakyat
di Sukabumi selatan yang berprofesi sebagai penambang, tiap bulan dijadikan ATM
dengan dalih biaya koordinasi uang keamanan, jatah preman, menjadi ladang subur
para oknum yang jumlahnya milyaran tiap bulan, Padahal bila tambang rakyat dilegalisasi,
potensi PAD nya sangat besar bisa menyumbangkan lebih dari 20% untuk APBD
Sukabumi. Dan yang terjadi, penambangnya diperas oknum, usahanya dikejar-kejar
seperti maling, bila kurang setoran. Oknum koordinasi dengan Pengusaha
melaporkan Penambang dengan dalih diatas WIUP PT.
Bila ada bencana seperti
sekarang, Penambang Rakyat dijadikan kambing hitam, sementara oknum Rakyat
sendiri yang banyak yang mengambil keuntungan dari kondisi Ilegal. Oknum
Pemilik WIUP, oknum Aparat, banyak yang berprofesi sebagai Cepu, termakan
politik adudomba ala penjajah, yang sengaja diciptakan para Pengusaha dan Aktor
intelektual, sehingga kondisi seperti ini menjadi berkah tersendiri bagi
mereka.
Sampai kapan, masyarakat
Sukabumi selatan dikategorikan Miskin, pelaku Ilegal Mining. Padahal tanah
mereka kaya, tapi hari ini menjadi buruan Oknum, dan di tuding Penyebab
Bencana. Sok sararea sadar..
Kami Masyarakat Sukabumi minta
Transparansi :
1. Berapa Ratus hektar WIUP
Tambang Pasir Cimangkok yang ber Kontribusi memperparah pergeseran lempeng
Cimandiri ?
2. Berapa PT yang ber operasi
disana ?
3. Berapa Pajak Tambang yang
diterima Pemda ?
4. Kemana saja CSR atas
Penyertaan modal Perusahaan ?
5. Berapa PNBP yang diberikan
kepada Negara ?
6. Tiap 5 tahun perpanjangan
IUP diwajibkan Reklamasi, di Cimangkok sudah berapakali Perpanjangan ? dan
Reklamasinya dimana ???
7. Tambang Tanah liat dan Pasir
Kwarsa di Gunungguruh, Cantayan, Cikembar dan Cibadak? Berapa Pajaknya? CSRnya
kemana saja? Reklamasi tiap Perpanjangan IUP dimana?
8. Tambang Batu Porselen,
Gunung Sabak Sukalarang, gunung Cimenteng Gegerbitung, Palabuanratu dan
Simpenan, sudah berapakali Perpanjangan IUP? CSR dan Reklamasinya?
9. Tambang Gamping Leuwi
dinding punya SCG sudah berapakali perpanjangan? Reklamasi nya dimana? Pajak
& PNBP mah hanya mereka yang tau.
10. Tambang Batu Kapur dan
Marmer di Bojong Lopang dan Cibadak sudah berapakali Perpanjangan IUP?
Reklamasi nya dimana?
11. Tambang Bentonit terbesar
di Asia yg lokasi nya di Cimapag, sudah berapakali Perpanjangan IUP? Reklamasi
nya dimana? CSR nya kemana? PNBP nya berapa?
12. Tambang Batupermata di
Cimerang sampai Bojong Lopang, apakah Rakyat diberi WPR dan IPR?
13. Tambang Emas di Cigaru dan
Ciemas milik Korporasi, sudah berapakali Perpanjangan? Reklamasinya dimana? CSRnya
kemana saja, Pajaknya gede dong?
14. Tambang Pasir besi ribuan
hektar dari Cibitung sampai Tegal Buleud muara Cibuni, ada berapa Perusahaan
tuh yang dapat WIUP dan IUP, sudah Perpanjangan berapakali? dimana
Reklamasinya, kemana saja CSRnya? pajaknya pasti besar bagi PAD.
15. Berapa puluh hektar Rakyat
yang dituding sebagai Penyebab Bencana
memperoleh WPR? berapa Koperasi Rakyat yang telah mendapat IPR?
16. Kami masyarakat Kabupaten
Sukabumi, ingin ada keseimbangan antara legalisasi Persiapan izinan baik
Wilayah Izin atau Izin Usaha Produksi, antara Rakyat melalui Koperasi dan
Pengusaha melalui korporasi apalagi hampir semua Pengusaha bukan Warga
Sukabumi. Sampai hari ini belum ada satu Koperasi pun yang mendapat Izin Usaha
Tambang Emas milik Rakyat yg mendapat IPR, sedangkan WPR yang sudah ditetapkan,
ada yang tumpang tindih dengan WIUP, ada yang di lokasi Ijin Perkebunan Besar
Pemerintah, ada juga di lokasi yang tidak berpotensi.
Padahal Ratusan Oknum tiap bulan makan Uang Kordinasi Uang Keamanan dan Jatah Preman Milyaran dari tambang Rakyat. Mari kita buat keadilan yang seadil adilnya, jangan berpihak pada Pengusaha luar/Korporasi, yg mendapat kan WIUP dan IUP Ribuan hektar di tiap Kecamatan, tapi Rakyat dengan Koperasinya belum ada yang diberi Izin. Tandas Hendra kepada MediaTOR.
Hari ini sedang gencar Pemberantasan Tambang Ilegal, Solusi nya hanya Kasih Izin, Legalisasi sesuai aturan, Permudah, jangan di Persulit, mengapa Pengusaha proses Izin di gelar Karpet merah, sedangkan Rakyat Harus di berantas, apakah sengaja kondisi ini dipelihara, agar Uang Koordinasi tetap mengalir ????????
Kita harus Berpikir Rasional :
Berapa Ribu hektar lahan di
Sukabumi yang diberikan WIUP kepada Korporasi ???
Berapa Puluh hektar lahan yang
punya Potensi Tambang di tetapkan WPR nya dan diberikan IPR kepada Rakyat
???
Siapa Pun, jangan jadi Corong
dan Cepu yang menguntungkan Pengusaha dan oknum.
Kalo kegiatan besar pake alat
berat, tambang terbuka, bisa ngga mereka menggonggong.
Giliran Rakyat nambang, diubrak abrik, diviralkan, dituding, seperti kelompok haram yang paling berdosa. Keluh Aabon yang juga pengamat kepada MediaTOR.
Lucunya, yang lucu sekarang ini
lagi trending Topik, Bencana dituding Gurandil penyebabnya. Miris sungguh nasib
‘wong
cilik’.*** (SU)
Post A Comment:
0 comments: