Babelan, Bekasi,(MediaTOR Online) - Patut kita pertanyakan bila suatu sekolah sangat sulit untuk menemui Kepala Sekolah dan Humasnya. Sehingga jalinan komunikasi terputus, pada ahirnya sulit untuk konfirm hal hal terpenting bagi insan pers dan LSM. Terjadi kebuntuan komunikasi terlebih bila ada hal yang mau ditanyakan terkait ragam pungli di sekolah itu dengan bertopeng Komite dan mengkambinghitamkan orang tua. Atau orang tua sudah jadi korban, namun dijadikan sebagai tumbal dengan jargon bahwa pungutan itu sudah melalui rapat komite dan disetujui orang tua. Ahirnya program pungutan pun mulus tanpa hambatan. Baik pungutan seragam, buku, studi tour, studi kampus dan perpisahan kelas 12. Sudah disetujui orang tua. Jargon ini jadi tameng Kepsek.
Kondisi itu akan kita temui di SMAN 3 Babelan, Kabupaten Bekasi Jawa Barat. Sekolah yang dipimpin Usman ini selalu ada masalah dari tahun ke tahun. Namun sangat disesalkan sang Kepsek dan Humas sejak tahun lalu sangat sulit ditemui dan komunikasi pun buntu akibat tidak berfubgsinya HP selaku alat komunikasi tercanggih saat ini.
Menitip pesan juga ke staf sekolah itu ke sekuriti dan staf lainnya juga percuma. Padahal banyak hal yang mau ditanyakan.
Sekolah ini semakin bagus memang di era/masa kepemimpinan Usman, namun di internal sekolah ini juga dari tahun ke tahun ada saja pungutan sekolah yang membebani orang tua siswa terlebih orang tua siswa miskin. Pungutan itu jelas membebani orang tua terlebih saat ini negara kita masih dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan. Jangan, serta terpuruknya ekonomi keluarga. Ragam pungutan itu, walau tanpa bukti kuitansi, saya akan tetap sikapi, ujar Johannes Ketua LSM dari Bandung itu.
Harga seragam pun sangat membebani orang tua kelas 10. Maka dalam waktu dekat akan saya lapor ke Kadisdik di Bandung selaku atasan langsung Usman, tambahnya bersemangat akibat kesal ke pihak kepsek dan Humas tidak responsif.
Purba/JH
Post A Comment:
0 comments: