Perlu Dibuka Cakrawala Menjernihkan Pemahaman Tentang Ke-Islaman

Share it:

Tangsel, (MediaTOR),- Perlu ada keberanian meluruskan sejarah Islam nasional. Pasalnya, selama ini kita semua seakan membiarkan telah terjadi pengaburan. Oleh karenanya perlu dibuka cakrawala lewat berbagai diskusi atau seminar supaya bisa menjernihkan pemahaman baru tentang ke-Islaman di masyarakat.

Penegasan tersebut disampaikan KH. Syarif Rahmat selaku pimpinan Padepokan Dakwah Sunan Kalijaga (Padasuka) yang menghelat seminar nasional bertajuk ‘Menelusuri Indikasi Pengaburan Sejarah Islam Nusantara’, bertempat di Aula Student Center UIN Syarif Hidayatullah di Ciputat, Tangerang Selatan.

Menyoal tentang pengaburan suatu sejarah Islam, dipaparkan Kyai Syarif, langsung memberi contoh ketika para dukun dan tukang santet di zaman Nabi Sulaiman yang kehilangan pasaran. Kemudian mereka bersengkongkol mendongkel kekuasaan Raja Sulaiman sambil menyelundupkan sejumlah orang menjadi punggawa istana.

“Setelah situasi dirasa aman, mereka mengubur sejumlah peralatan sihir di bawah singgasana Raja Sulaiman. Beberapa waktu setelah Sulaiman wafat, mereka lalu berkumpul untuk mengatur strategi. Mereka membagi tugas, ada yang jadi tim gabungan pencari fakta (TGPF), ada pula yang bagian berita,” katanya.

Singkat cerita, sejak itu terbentuklah opini bahwa Sulaiman adalah tukang sihir, pendusta yang memutarbalikkan fakta. Mereka mengambil kesimpulan bahwa Sulaiman selama ini menggunakan kekuatan sihir,” papar dia seraya menyebut kisah tersebut telah terjadi ribuan tahun.
Hal senada juga dikatakan H. Ridwan Saidi. Menurut dia soal sejarah Islam nusantara banyak terjadi kebohongan. Penyebabnya, tambah dia, itu hanya berdasarkan subjektifitas para arkeolog. “Ini jelas sangat memprihatinkan kita semua sebagai umat Islam di Tanah Air,” paparnya.

Dalam seminar nasional yang diadakan Padasuka bekerjasama dengan Dewan Mahasiswa (Dema) Fakultas Adab & Humaniora UIN Syarif Hidayatulah, di antaranya menampilkan pembicara/sejarawan Wakil Ketua PP Lesbumi NU KH Agus Sunyoto, Prof Ahmad Mansur Suryanegara dan H. Ridwan Saidi. (Sutomo)

Share it:

Nasional

Post A Comment:

0 comments: