Kadisdik Supaya Merobohkan Tembok Berlin ala SDN Sukaraya, Bekasi

Share it:

Bekasi,(MediaTOR Online) - Ada satu hal yang aneh di SDN Sukaraya 01 yang satu kompleks dengan SDN Sukaraya 03, kedua sekolah ini dipisah oleh satu tembok pagar beton bak Tembok Berlin, sehingga kedua sekolah itu tepisah. Mirip tembok Berlin pemisah dua negara. Sehingga di sekolah itu anak anak tidak bebas bermain dan membaur ke temannya sesama siswa SD di sekolah itu. Untuk memanfaatkan toilet bantuan bupati pun tidak bisa dipakai akibat adanya tembok pemisah. Padahal mereka punya Kadis dan Bupati yang sama.

Kepala SDN Sukaraya 01 Karang Bahagia Bekasi.

Setiap hal ini ditanyakan, Kepala SDN Sukaraya 01, Muhidin selalu marah dan arogan. Seakan sekolah itu miliknya sendiri. Dia tidak sadar bahwa sekolah itu milik negara dan siswanya adalah tunas bangsa yang kelak jadi pemimpin di negeri ini. Itu melulu pertanyaan abang, kemaren juga udah adang tanyakan itu, ujar Muhidin  emosi kepada Mediator. Entah ke siapa alamat marahnya. Abang kan udah ke sini waktu itu, saat kita bicara sama K3S, tambahnya.

Dinas udah ke sini, tak ada masalah, kata Muhidin dengan lantang. Dia tidak menyadari secara psikologis terkait pertemanan siswa, tembok Berlin itu sangat berpengaruh kepada psikologis anak, sebab ada tembok pemisah yang tidak lazim. Sehingga mempersempit ruang bermain anak saat jam istirahat dan urusan lainnya.

Tembok pagar pemisah itu mirip tembok Berlin pemisah

Mempersempit lahan SDN Sukaraya 03

SDN Sukaraya 01 kurang terawat

Luar bagus dalam begini

Melihat kenyataan itu selayaknya Kadisdik membongkar pagar bak Tembok Berlin itu. Sebagai batas lahan banyak cara yang manusiawi. Sebab bila hal ini terus dibiarkan bisa mengganggu para siswa untuk saling berinteraksi dan juga sesama guru. Tidak sepantasnya Kepala Sekolah Muhidin arogan demi masa depan anak. Sekolah SDN Sukaraya 01 yang dipinpinnya juga kurang terawat dan rata rata siswa beli buku tema. Lantas ke mana buku dari dana Bos Pusat itu ? Dalam waktu dekat kata G Sitanggang, Ketua Lsm KMPI akan melaporkan hal ini ke Bupati mengingat banyaknya siswa membeli buku tema, pertanda buku Bos tidak dibagikan ke siswa. Muhidin hanya singkat berujar bahwa buku siswanya lengkap tapi siswa banyak beli buku di tempat tertentu yang ditentukan. Ketika hal ini mau dikonfirmasi ke Yudi selalu  Kabid SD, maaf  bang saya lagi bawa mobil, ujarnya singkat.(Purba..)

Share it:

Pendidikan

Post A Comment:

0 comments: